Sunday 21 June 2015

Kata Pengantar Aksara Orchid

        Untuk seorang penulis, tidak peduli kita sedang berada di mana, tetaplah menulis tanpa henti. Pensil harus tetap menulis supaya tulisannya dibaca orang. Begitu pula diri kita harus tetap berkarya setidaknya untuk hidup kita sendiri. Kita juga seharusnya tetap melakukan apa yang ingin dilakukan tanpa henti. Ketika kita berhenti, tandanya kita menyerah. Saat menyerah, kita takkan bisa melihat hasil dari buah karya kita (hasil dari action). Tidak ada tindakan, maka tidak akan ada hasil.
        Banyak jalan terjal yang pasti akan dilalui namun semua itu memang bagian dari sebuah proses. Proses pendewasaan dan proses pematangan diri. Proses yang akan membuat diri kita bijaksana. Sehingga saat kita sudah benar-benar meraih sebuah kesuksesan dari apa yang kita impikan, maka kita sudah cukup bijaksana dalam menyikapinya, menggenggamnya, dan memanfaatkannya.
         Namun terkadang masalah itu muncul justru bersumber dari diri kita sendiri. Kita sering merasa tidak percaya diri, kita sering meremehkan diri kita sendiri, bahkan yang lebih parah kita sering telah meremehkan mimpi kita sendiri. Itulah sumber dari kegagalan. Yaitu keyakinan kita akan kemampuan diri kita sendiri.
        Maka ada sebuah nasehat bijak berkata, “kita hidup pada suatu masa dimana waktu berjalan lebih cepat. Semuanya serba tahu-tahu dan tahu-tahu. Tahu-tahu sudah pagi, tahu-tahu sudah siang, dan tahu-tahu sudah sore lalu malam menyelimuti kegelapan. Dan pada akhirnya tahu-tahu waktu kita telah habis, padahal kita belum melakukan hal berharga apapun dalam hidup kita yang singkat ini. Maka terus berkaryalah, lakukan sesuatu demi kebikanmu sendiri kelak”
        Let’s smart life.
        Bagi seorang penulis, sebuah ide bisa muncul darimana saja dan kapan saja. Saat sedang diam, melamun, mengobrol dengan seseorang, jalan-jalan, melihat atau mendengar sebuah kejadian, bahkan saat sedang mendengarkan sebuah musik atau lagu. Sebuah ide bisa saja tiba-tiba muncul dan tergambar jelas di alam imajinasi kita. Imajinasi adalah segalanya bagi seorang penulis. Imajinasi adalah penarik masa depan. Imajinasi bahkan bisa lebih penting daripada pengetahuan. Hidup tanpa imajinasi sama saja seperti mengikuti aliran sungai, pasrah mengikuti apapun dan kemana pun arahnya. Tanpa memiliki kuasa atas apapun terhadap pilihan dan keinginan kita sendiri.
        Dengan cinta hidup menjadi lebih indah, dengan cinta sebuah perdamaian bisa tercipta, dan dengan cinta hidup bisa lebih berwarna. Maka mari kita terbarkan pesan cinta ini ke seluruh penjuru dunia. Agar hidup ini lebih indah, damai, dan berarti.

Prakata Tentang Awal Sebuah Mimpi

         Semua berawal dari mimpi. Mimpi yang selalu mengganggu malam bahkan hari-hari. Mimpi yang lalu melahirkan inspirasi. Mimpi yang mengambisi, mengenergi, dan menguati. Mimpi yang membuat kita berani untuk mewujudkannya menjadi nyata. Indah pada akhirnya. Sebuah tulisan sama artinya dengan sebuah jejak. Dengan menulis berarti kita telah meninggalkan sebuah jejak. Jejak sejarah tentang diri kita, tentang keberadaan diri kita dijaman kita. Dengan menjadi penulis itu berarti kita telah berusaha mengabadikan nama kita. Jasad kita mungkin akan mati suatu hari nanti, namun nama kita akan tetap tertulis pada sebuah prasasti. Nama kita abadi. Apa yang kita tulis hari ini mungkin akan dibaca oleh anak cucu kita kelak. Akan menjadi cerita. Akan menjadi dongeng, dan akan menjadi pembelajaran bagi generasi-generasi setelah kita nanti. Jadi jalan yang kita pilih telah benar. Jalan hidup sebagai seorang penulis. Penulis sejati.